PROFIL IWAN FALS
Nama Asli
Virgiawan Listanto
Tanggal Lahir
03 September 1961
Tempat Lahir
Jakarta, Indonesia
Kewarganegaraan
Indonesia
Ayah
Sutopo (alm)
Pekerjaan Ayah
Kolonel Anumerta
Ibu
Lies Suudijah
Pekerjaan Ibu
Pemilik yayasan panti jompo dan yatim piatu
Saudara
Kotot (kakak angkat laki-laki), Tato (kakak angkat laki-laki),
Ahmad (kakak angkat laki-laki), Imam (kakak angkat laki-laki), Haris
(kakak angkat laki-laki), Edi (kakak angkat laki-laki), Iwin (kakak
angkat laki-laki), Ute (kakak angkat perempuan), Ade (kakak angkat
perempuan), Leo Listanto (adik laki-laki), Lala (adik angkat perempuan),
Haryo (adik angkat laki-laki), Melly (adik angkat perempuan)
Suami/Istri
Rosana (sejak 1980)
Anak-anak
Galang Rambu Anarki (gitaris band "Bunga", laki-laki, L.
01-Jan-82, m. Apr-97), Annisa Cikal Rambu Bassae (perempuan), Raya Rambu
Rabbani (laki-laki, L. 22-Jan-03)
Populer Sejak
Merilis single "Bento" (1989)
BIOGRAFI IWAN FALS
"Siapa yang tidak kenal dengan Iwan Fals, penyanyi satu ini sangat
terkenal dengan lagu-lagunya yang berisi kritik kehidupan sosial di
Indonesia. Ia merupakan legenda musik Indonesia yang masih hidup sampai
sekarang, tulisan kali ini akan membahas mengenai biografi iwan fals,
salah seorang penyanyi di indonesia. Iwan Fals dilahirkan dengan nama
Virgiawan Listanto, ia terlahir pada tanggal 3 September 1961 di
Jakarta. Ia anak dari pasangan Haryoso (ayah)(almarhum) dan Lies (ibu).
Masa kecil Iwan Fals dihabiskan di Bandung, kemudian ikut saudaranya di
Jeddah, Arab Saudi selama 8 bulan. Bakat musiknya makin terasah ketika
ia berusia 13 tahun, di mana Iwan banyak menghabiskan waktunya dengan
mengamen di Bandung. Bermain gitar dilakukannya sejak masih muda bahkan
ia mengamen untuk melatih kemampuannya bergitar dan mencipta lagu.
Ketika bersekolah di SMP, Iwan menjadi gitaris dalam paduan suara
sekolah. Selanjutnya, datang ajakan untuk mengadu nasib di Jakarta dari
seorang produser. Ia lalu menjual sepeda motornya untuk biaya membuat
master. Iwan rekaman album pertama bersama rekan-rekannya, Toto Gunarto,
Helmi, Bambang Bule yang tergabung dalam Amburadul. Tapi album tersebut
gagal di pasaran dan Iwan kembali menjalani profesi sebagai pengamen.
Setelah dapat juara di festival musik country, Iwan ikut festival lagu
humor. Arwah Setiawan (almarhum), lagu-lagu humor milik Iwan sempat
direkam bersama Pepeng, Krisna, Nana Krip dan diproduksi oleh ABC
Records. Tapi juga gagal dan hanya dikonsumsi oleh kalangan tertentu
saja. Sampai akhirnya, perjalanan Iwan bekerja sama dengan Musica
Studio. Sebelum ke Musica, Iwan sudah rekaman sekitar 4-5 album. Di
Musica, barulah lagu-lagu Iwan digarap lebih serius. Album Sarjana Muda,
misalnya, musiknya ditangani oleh Willy Soemantri.
Iwan tetap menjalani profesinya sebagai pengamen. Ia mengamen dengan
mendatangi rumah ke rumah, kadang di Pasar Kaget atau Blok M. Album
Sarjana Muda ternyata banyak diminati dan Iwan mulai mendapatkan
berbagai tawaran untuk bernyanyi. Kemudian sempat masuk televisi setelah
tahun 1987. Waktu siaran acara Manasuka Siaran Niaga di TVRI, lagu
Oemar Bakri sempat ditayangkan di TVRI. Ketika anak kedua Iwan, Cikal
lahir tahun 1985, kegiatan mengamen langsung dihentikan.
Selama Orde Baru, banyak jadwal acara konser Iwan yang dilarang dan
dibatalkan oleh aparat pemerintah, karena lirik-lirik lagunya yang
kritis. Saat bergabung dengan kelompok SWAMI dan merilis album bertajuk
SWAMI pada 1989, nama Iwan semakin meroket dengan mencetak hits Bento
dan Bongkar yang sangat fenomenal. Perjalanan karir Iwan Fals terus
menanjak ketika dia bergabung dengan Kantata Takwa pada 1990 yang di
dukung penuh oleh pengusaha Setiawan Djodi. Konser-konser Kantata Takwa
saat itu sampai sekarang dianggap sebagai konser musik yang terbesar dan
termegah sepanjang sejarah musik Indonesia.
Iwan Fals sangat terkenal lewat lagu-lagunya yang menggambarkan suasana
sosial kehidupan Indonesia (terutama Jakarta) di akhir tahun 1970-an
hingga sekarang. Kritik atas perilaku sekelompok orang (seperti lagu
Wakil Rakyat dan Tante Lisa), empati bagi kelompok marginal (misalnya lagu Siang Seberang
Istana dan Lonteku), atau bencana besar yang melanda Indonesia (atau
kadang-kadang di luar Indonesia, seperti lagu Ethiopia) mendominasi tema
lagu-lagu yang dibawakannya dan banyak disukai oleh pecinta musik di
Indonesia.
Melalui lagu-lagunya, ia menceritakan tentang kehidupan sosial-budaya di
akhir tahun 1970-an hingga masa sekarang. Lagunya juga berisi tentang
kritik atas perilaku sekelompok orang contohnya Wakil Rakyat, Tante
Lisa, empati bagi kelompok marginal misalnya Siang Seberang Istana,
Lonteku, atau bencana besar yang melanda Indonesia atau kadang-kadang di
luar Indonesia, seperti Ethiopia mendominasi judul lagu-lagu yang ia
nyanyikan. Iwan Fals selain menyayikan lagunya ia juga kemudian
menyanyikan lagu sejumlah pencipta lain.
Iwan fals yang ternyata sempat aktif di kegiatan olahraga, ia pernah
meraih gelar Juara II Karate Tingkat Nasional, Juara IV Karate Tingkat
Nasional 1989, sempat masuk pelatnas dan melatih karate di kampusnya,
STP (Sekolah Tinggi Publisistik). Iwan fals juga sempat menjadi kolumnis
di beberapa tabloid olah raga.
Mengenai keluarga Iwan Fals, Iwan menikahi Rosanna (Mbak Yos) dan
mempunyai anak Galang Rambu Anarki (almarhum), Annisa Cikal Rambu Basae,
dan Rayya Rambu Robbani. Di antara ketiga anaknya, hanya Galang
mengikuti jejak ayahnya terjun di bidang musik. Walaupun demikian, musik
yang ia bawakan berbeda dengan yang telah menjadi trade mark ayahnya.
Galang kemudian menjadi gitaris kelompok Bunga dan sempat merilis satu
album perdana menjelang kematiannya.
Nama Galang juga dijadikan salah satu lagu Iwan, berjudul Galang Rambu
Anarki pada album Opini , yang bercerita tentang kegelisahan orang tua
menghadapi kenaikan harga-harga barang sebagai imbas dari kenaikan harga
BBM pada awal tahun 1981 yaitu pada hari kelahiran Galang (1 Januari
1981).
Nama Cikal sebagai putri kedua juga diabadikan sebagai judul album dan
judul lagu Iwan Fals yang terbit tahun 1991. anaknya, Galang Rambu
Anarki meninggal pada bulan April 1997 secara mendadak yang membuat
aktifitas bermusik Iwan Fals sempat vakum selama beberapa tahun. Galang
dimakamkan di pekarangan rumah Iwan Fals di desa Leuwinanggung Bogor
Jawa Barat sekitar satu jam perjalanan dari Jakarta. Sepeninggal Galang,
Iwan sering menyibukkan diri dengan melukis dan berlatih bela diri.
Pada tahun 2002 Iwan mulai aktif lagi membuat album setelah sekian lama
menyendiri dengan munculnya album Suara Hati yang di dalamnya terdapat
lagu Hadapi Saja yang bercerita tentang kematian Galang Rambu Anarki.
Pada lagu ini istri Iwan Fals (Yos) juga ikut menyumbangkan suaranya.
Para penggemar fanatik Iwan Fals bahkan mendirikan sebuah yayasan pada
tanggal 16 Agustus 1999 yang dinamakan Yayasan Orang Indonesia atau
biasa dikenal dengan sebutan Oi. Yayasan ini mewadahi aktifitas para
penggemar Iwan Fals, Yayasan ini mewadahi aktifitas para penggemar Iwan
Fals. Yayasan Oi memiliki kantor cabang Oi yang tersebar dan dapat
ditemui setiap penjuru Nusantara dan beberapa bahkan sampai ke
mancanegara. Pancaran kharisma seorang Iwan Fals sangat besar.
Kesederhanaannya menjadi panutan para penggemarnya yang tersebar
diseluruh nusantara."
Dia sangat dipuja oleh kaum ‘akar
rumput’. Kesederhanaannya menjadi panutan para penggemarnya yang
tersebar diseluruh nusantara. Para penggemar fanatik Iwan Fals bahkan
mendirikan sebuah yayasan pada tanggal 16 Agustus 1999 yang disebut
Yayasan Orang Indonesia atau biasa dikenal dengan seruan Oi. Yayasan ini
mewadahi aktivitas para penggemar Iwan Fals. Hingga
Masa kecil Iwan Fals dihabiskan di Bandung, kemudian ikut saudaranya di
Jeddah, Arab Saudi selama 8 bulan. Bakat musiknya makin terasah ketika
ia berusia 13 tahun, di mana Iwan banyak menghabiskan waktunya dengan
mengamen di Bandung. Bermain gitar dilakukannya sejak masih muda bahkan
ia mengamen untuk melatih kemampuannya bergitar dan mencipta lagu.
Ketika di SMP, Iwan menjadi gitaris dalama paduan suara sekolah.
Selanjutnya, datang ajakan untuk mengadu
nasib di Jakarta dari seorang produser. Ia lalu menjual sepeda motornya
untuk biaya membuat master. Iwan rekaman album pertama bersama
rekan-rekannya, Toto Gunarto, Helmi, Bambang Bule yang tergabung dalam
Amburadul, namun album tersebut gagal di pasaran dan Iwan kembali
menjalani profesi sebagai pengamen. Album ini sekarang menjadi buruan
para kolektor serta fans fanatik Iwan Fals.
Setelah dapat juara di festival musik
country, Iwan ikut festival lagu humor. Arwah Setiawan (almarhum),
lagu-lagu humor milik Iwan sempat direkam bersama Pepeng, Krisna, Nana
Krip dan diproduksi oleh ABC Records, tapi juga gagal dan hanya
dikonsumsi oleh kalangan tertentu saja. Sampai akhirnya, perjalanan Iwan
bekerja sama dengan Musica Studio. Sebelum ke Musica, Iwan sudah
rekaman sekitar 4-5 album. Di Musica, barulah lagu-lagu Iwan digarap
lebih serius. Album Sarjana Muda, misalnya, musiknya ditangani oleh
Willy Soemantri.
Iwan tetap menjalani profesinya sebagai
pengamen. Ia mengamen dengan mendatangi rumah ke rumah, kadang di Pasar
Kaget atau Blok M. Album Sarjana Muda ternyata banyak diminati dan Iwan
mulai mendapatkan berbagai tawaran untuk bernyanyi. Ia kemudian sempat
masuk televisi setelah tahun 1987. Saat acara Manasuka Siaran Niaga
disiarkan di TVRI, lagu Oemar Bakri sempat ditayangkan di TVRI. Ketika
anak kedua Iwan, Cikal lahir tahun 1985, kegiatan mengamen langsung
dihentikan.
Selama Orde Baru, banyak jadwal acara
konser Iwan yang dilarang dan dibatalkan oleh aparat pemerintah, karena
lirik-lirik lagunya dianggap dapat memancing kerusuhan. Pada awal
karirnya, Iwan Fals banyak membuat lagu yang bertema kritikan pada
pemerintah. Beberapa lagu itu bahkan bisa dikategorikan terlalu keras
pada masanya, sehingga perusahaan rekaman yang memayungi Iwan Fals
enggan atau lebih tepatnya tidak berani memasukkan lagu-lagu tersebut
dalam album untuk dijual bebas. Belakangan Iwan Fals juga mengakui kalau
pada saat itu dia sendiri juga tidak tertarik untuk memasukkan
lagu-lagu ini ke dalam album.[rujukan?]
Rekaman lagu-lagu yang tidak dipasarkan
tersebut kemudian sempat diputar di sebuah stasiun radio yang sekarang
sudah tidak mengudara lagi. Iwan Fals juga pernah menyanyikan lagu-lagu
tersebut dalam beberapa konser musik, yang mengakibatkan dia berulang
kali harus berurusan dengan pihak keamanan dengan alasan lirik lagu yang
dinyanyikan dapat mengganggu stabilitas negara.[rujukan?] Beberapa
konser musiknya pada tahun 80-an juga sempat disabotase dengan cara
memadamkan aliran listrik dan pernah juga dibubarkan secara paksa hanya
karena Iwan Fals membawakan lirik lagu yang menyindir penguasa saat itu.
Pada bulan April tahun 1984 Iwan Fals
harus berurusan dengan aparat keamanan dan sempat ditahan dan
diinterogasi selama 2 minggu gara-gara menyanyikan lirik lagu Demokrasi
Nasi dan Pola Sederhana juga Mbak Tini pada sebuah konser di Pekanbaru.
Sejak kejadian itu, Iwan Fals dan keluarganya sering mendapatkan
teror.[rujukan?] Hanya segelintir fans fanatik Iwan Fals yang masih
menyimpan rekaman lagu-lagu ini, dan sekarang menjadi koleksi yang
sangat berharga.
Saat bergabung dengan kelompok SWAMI dan
merilis album bertajuk SWAMI pada 1989, nama Iwan semakin meroket dengan
mencetak hits Bento dan Bongkar yang sangat fenomenal. Perjalanan karir
Iwan Fals terus menanjak ketika dia bergabung dengan Kantata Takwa pada
1990 yang didukung penuh oleh pengusaha Setiawan Djodi. Konser-konser
Kantata Takwa saat itu sampai sekarang dianggap sebagai konser musik
yang terbesar dan termegah sepanjang sejarah musik Indonesia.[rujukan?]
Setelah kontrak dengan SWAMI yang
menghasilkan dua album (SWAMI dan SWAMI II) berakhir, dan disela Kantata
(yang menghasilkan Kantata Takwa dan Kantata Samsara), Iwan Fals masih
meluncurkan album-album solo maupun bersama kelompok seperti album Dalbo
yang dikerjakan bersama sebagian mantan personil SWAMI.
Sejak meluncurnya album Suara Hati pada
2002, Iwan Fals telah memiliki kelompok musisi pengiring yang tetap dan
selalu menyertai dalam setiap pengerjaan album maupun konser.
Menariknya, dalam seluruh alat musik yang digunakan baik oleh Iwan fals
maupun bandnya pada setiap penampilan di depan publik tidak pernah
terlihat merek maupun logo. Seluruh identitas tersebut selalu ditutupi
atau dihilangkan. Pada panggung yang menjadi dunianya, Iwan Fals tidak
pernah mengizinkan ada logo atau tulisan sponsor terpampang untuk
menjaga idealismenya yang tidak mau dianggap menjadi wakil dari produk
tertentu.[rujukan?]
Keluarga
Iwan lahir dari Lies (ibu) dan mempunyai
ayah tiri Haryoso (almarhum). Iwan menikahi Rosanna (Mbak Yos) dan
mempunyai anak Galang Rambu Anarki (almarhum), Annisa Cikal Rambu Basae,
dan Rayya Rambu Robbani.
Galang mengikuti jejak ayahnya terjun di
bidang musik. Walaupun demikian, musik yang ia bawakan berbeda dengan
yang telah menjadi trade mark ayahnya. Galang kemudian menjadi gitaris
kelompok Bunga dan sempat merilis satu album perdana menjelang
kematiannya.
Nama Galang juga dijadikan salah satu
lagu Iwan, berjudul Galang Rambu Anarki pada album Opini, yang bercerita
tentang kegelisahan orang tua menghadapi kenaikan harga-harga barang
sebagai imbas dari kenaikan harga BBM pada awal tahun 1981 yaitu pada
hari kelahiran Galang (1 Januari 1981).
Nama Cikal sebagai putri kedua juga
diabadikan sebagai judul album dan judul lagu Iwan Fals yang terbit
tahun 1991. Sebelumnya Cikal juga pernah dibuatkan lagu dengan judul
Anissa pada tahun 1986. Rencananya lagu ini dimasukkan dalam album Aku
Sayang Kamu, namun dibatalkan. Lirik lagu ini cukup kritis sehingga
perusahaan rekaman batal menyertakannya. Pada cover album Aku Sayang
Kamu terutama cetakan awal, pada bagian penata musik masih tertulis kata
Anissa.
Galang Rambu Anarki meninggal pada bulan
April 1997 secara mendadak yang membuat aktivitas bermusik Iwan Fals
sempat vakum selama beberapa tahun. Galang dimakamkan di pekarangan
rumah Iwan Fals di desa Leuwinanggung, Cimanggis, Depok Jawa Barat.
Sepeninggal Galang, Iwan sering menyibukkan diri dengan melukis dan
berlatih bela diri.(
Pada tahun 2002 Iwan mulai aktif lagi
membuat album setelah sekian lama menyendiri dengan munculnya album
Suara Hati yang di dalamnya terdapat lagu Hadapi Saja yang bercerita
tentang kematian Galang Rambu Anarki. Pada lagu ini istri Iwan Fals
(Yos) juga ikut menyumbangkan suaranya.
Sejak meninggalnya Galang Rambu Anarki,
warna dan gaya bermusik Iwan Fals terasa berbeda. Dia tidak segarang dan
seliar dahulu. Lirik-lirik lagunya terkesan lebih dewasa dan
puitis.[rujukan?] Iwan Fals juga lebih banyak membawakan lagu-lagu
bertema cinta baik karangannya sendiri maupun dari orang lain.
Pada tanggal 22 Januari 2003, Iwan Fals
dianugrahi seorang anak lelaki yang diberi nama Rayya Rambu Robbani.
Kelahiran putra ketiganya ini seakan menjadi pengganti almarhum Galang
Rambu Anarki dan banyak memberi inspirasi dalam dunia musik seorang Iwan
Fals.[rujukan?]
Di luar musik dan lirik, penampilan Iwan
Fals juga berubah total. Saat putra pertamanya meninggal dunia Iwan Fals
mencukur habis rambut panjangnya hingga gundul. Sekarang dia
berpenampilan lebih bersahaja, rambut berpotongan rapi disisir juga
kumis dan jenggot yang dihilangkan. Dari sisi pakaian, dia lebih sering
menggunakan kemeja yang dimasukkan pada setiap kesempatan tampil di
depan publik, sangat jauh berbeda dengan penampilannya dahulu yang lebih
sering memakai kaus oblong bahkan bertelanjang dada dengan rambut
panjang tidak teratur dan kumis tebal.
Peranan istrinya juga menjadi penting
sejak putra pertamanya tiada. Rossana menjadi manajer pribadi Iwan Fals
yang mengatur segala jadwal kegiatan dan kontrak. Dengan adanya Iwan
Fals Manajemen (IFM), Fals lebih profesional dalam berkarir.
Itulah sebagian ulasan biografi iwan fals semoga menjadi informasi yang menarik dan bermanfaat bagi pembaca sekalian.
TRIMAKASIH''